BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Al-qur’an sebagai
landasan hukum dan sumber dari segala hukum-hukum islam dimana al-qur’an
ituditurunkan kepada nabi Muhammad oleh Allah agar ia menjadi pemberi
peringatan bagi semesta alam ini. Lewat perantaraan Al Qur’an Allah
menggariskan untuk mahluk – mahkukNya itu satu akidah yang benar dan prinsip –
prinsip ajaran yang lurus dalam ayat – ayat yang jelas dan tegas karakteristik
nya.itu semua merupakan karuniaNya kepada umat manusia ,dimana Allah menetapkan
bagi mereka pokok – pokok agama demi menyelamat kan akidah mereka dan
menunjukkan jalan lurus yang harus mereka tempuh. Kita sebagai umat islam
tentunya jelas hanya lah mengetahui sebatas hukum dari hri hasil proses
pemikiran orang-orang yang sudah berijtihad, tampa mengetahui bagaimana caranya
dalam berproses itu, maka dari itu saya akan menjelaskan sedikit
tentang hal-hal yanh terkandung dalam al-qr’an mengenaai muhkam dan mutasyabih
yang mungkin masih kabur dikalangan para awam atau, pelajar yang masih di jenjang
pertama, Berikut ini penulis akan memberikan paparan ringkas mengenai
keberadaan Al Qur’an yang jelas dan tegas tidak memerlukan penjelasan lagi (
Muhkam ) dan ayat Al Qur’an yang masih samar yang memerlukan penjelasan,
penta’wilan dan kadang kala kita tidak mengerti maksudnya karena hanya Allah
sendiri yang tahu.kita cukup mengimani adanya saja.
Pada makalah kali ini
, penulis membatasinya pada pembahasan :
Tinjauan Umum tentang
Muhkam dan Mutasyabih
Perbedaan pendapat para ulama mengenai kemungkinan mengetahui ayat – ayat yang Muhkam dan Mutasyabih Macam – macam ayat Muhkam dan Mutasyabih
Penutup dan analisa penulis Makalah ini tentu bukanlah sesuatu yang sempurna, masih banyak kekurangan disana –sini , oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini. Semoga tulisan ini ada guna faedahnya bagi kelansungan pendidikan kita.
Perbedaan pendapat para ulama mengenai kemungkinan mengetahui ayat – ayat yang Muhkam dan Mutasyabih Macam – macam ayat Muhkam dan Mutasyabih
Penutup dan analisa penulis Makalah ini tentu bukanlah sesuatu yang sempurna, masih banyak kekurangan disana –sini , oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini. Semoga tulisan ini ada guna faedahnya bagi kelansungan pendidikan kita.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja sebab-sebab adanya ayat muhkamat dan mutasyabihat?
2. Bagaimana analisa ulama’ mengenai ayat muhkamat dan mutasyabihat?
3. Apasaja hikmah dari ayat muhkamat dan mutasyabihat?
4. Seperti apa contoh dari ayat muhkamat dan mutasyabihat?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui sebab-sebab adanya ayat muhkamat dan mutasyabihat
2. Untuk mengetahui analisa ulama’ mengenai ayat muhkamat dan mutasyabihat
3. Untuk mengetahui hikmah dari ayat muhkamat dan mutasyabihat
4. Untuk mengetahui contoh dari ayat muhkamat dan mutasyabihat
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TAFSIR,TA’WIL DAN TERJEMAH
a. Pengertian Tafsir
Tafsir secara bahasa
mengikuti wazan “taf’il”, berasal dari akar kata al-fasr yang berarti
menjelaskan, menyingkap dan menampakan atau menerangkan makna yang abstrak.
Kata kerjanya mengikuti wazan “daraba-yadribu” dan “nasara-yansuru”. Dikatakan:
“fasara (asy-syai’a) yafsiru” dan “yafsuru,fasran”, dan “fasarahu”, artinya
“abanahu” (menjelaskannya). Kata at-tafsir dan al-fasr mempunyai
arti menjelaskan dan menyingkap yang tertutup. Dalam lisalanul ‘Arab’
dinyatakan: kata “al-fasr” berarti menyingkap sesuatu yang tertutup, sedangkan
kata “at-tafsir” berarti mennyingkapkan maksud suatu lafadz yang musykil,pelik.
Dalam A-Qur’an dinyatakan (a) (tidaklah mereka datang kepadamu (membawa)
sesuatu yang ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan
paling baik tafsirnya). (Al-Furqan [25]:33)
Sebagian
ulama berpendapat, kata “tafsir” (fasara) adalah kata kerja yang terbalik,
berasal dari kata “safara” yang juga berarti menyingkapkan (al-kasyf).
Menurut
ar-Ragib, kata “al-fasr” dan “as-safr”, adalah dua kata yang berdekatan makna
dan lafadz nya. Tetapi yang pertama untuk (menunjukan arti) menampakan
(menzahirkan) makna yang maq’ul (abstrak) sedangkan yang kedua untuk menampakan
benda kepada penglihatan mata.
Tafsir
menurut istilah, sebagaimana didefinisikan Abu Hayyan ialah : “ilmu yang
membahas tentang cara pengucapan lafadz-lafadz Al-Qur’an tentang
petunjuk-petunjuknya, hukum-hukumnya baik ketika berdiri sendiri maupun ketika
tersusun dan makna-makan yang dimungkinkan baginya ketika tersusun serta
hal-hal lain yang melengkapinya.
Meurut
az-Zarkasyi : “tafsir adalah ilmu untuk memahami Kitabullah yang diturunkan
kepada Muhammad, menjelaskan makna-maknanya serta mengeluarkan hukum dan hikmahnya.”
b. Pengertian Takwil
Secara
bahasa berasal dari kata “aul”, yang berarti kembali ke asal. Takwil Kalam
dalam istilah mempunyai dua makna:
Pertama, takwil kalam dengan pengertian sesuatu makna yang kepadanya mutakallimin
(pembicara, orang pertama) mengembalikan perkataannya, atau sesuatu makna
yang kepadanya suatu kalam dikembalikan. Dan kalam itu kembali dan merujuk
kepada makna hakikinya yang merupakan esensi sebenarnya yang dimaksud. Kalam
ada dua macam, insya’ dan ikhbar.
Salah satu yang termasuk insya’ adalah amr (kalimat perintah).
Maka
ta’wilul amr
B. SEBAB-SEBABI ADANYA AYAT-AYAT MUHKAMAT DAN MUTASYABIHAT
Ada beberapa sebab
mengapa ada istilah ayat-ayat muhkamt dan mutasyabihat Yaitu:
Secara tegas dapat
dikatakan bahwa sebab adanya ayat muhkamah dan mutasyabihan itu karena Allah
menjadikanya demikian itu, Allah membedakan dan memisahkan ayat-ayat yang
muhkam dan mutasyabih, dan menjadikan ayat muhkam sebagai bandingan ayat yang
mutasyabihat, seperti firman yang artinya: dialah yang telah menurunkan
al-kitab kepada kamu, di antara isinya ada ayat-ayat yang muhkamt dan ada
ayat-ayat yang mutasyabihat (Al-imron: 7)
Dari ayat itu jelaslah
bahwa Allah menurunkan ayat-ayat yang muhkam dan mutasyabihat, tetapi belum
jelas apa sebab-sebab turunya ayat-ayat tersebut.
Menurut sebagian
ulama’ sebab-sebab dari turunya ayat tersebut adalah arena kebanyakan tertib
dan susunan dari ayat-ayat Al-qur’an itu urut dan rapi, sehingga dapt di fahami
umat islam dengan mudah, tidak menylitkan dan tidak samar artinyadi sebabkan
kebanyakan maknanya juga mudah di cerna oleh akal fikiran,
Secara garis besar
dapat di jelaskan bahwa sebab-sebab adnya ayat mutasyabihat dalam al-qur’an
adalah karena adanya kesamaran maksud syarat dalama ayat-ayatnya, sehingga
sulit di fahami umat, tampa di katakana dengan arti ayat yang lain di sebabkan
karena bias di takwilkan dengan bermacam-macam dan petunjuknya pun tidak
tegas,katrena sebagian besar merupakan hal-hal yang pengetahuannya hanya di
monopoli oleh AllahSWT saja.
C. HIKMAH DARI ADANYA AYAT MUHKAMAT DAN MUTASYABIHAT
Dalam pembahasan ini
perlu di jelaskan faidah ayat-ayat dari ayat muhkamat dan nmutasabiyat lebih
dahulu sebelum menerngkan hikmah atau ayat-ayuat mutasyabihat
1. Hikmah ayat muhkamat
Adanya ayat-ayat muhkamat dalam kitab
al-qr’an jelas ada hikmahnya bagi umat manusia sebagai berikut:
a. Menjadi rahmat bagi manusia khususnya yang kemampuan bhs arabnya lemah
dengan adannya ya ayat-ayat muhkamt yang sudah jelas arti maksudnya sangat
besar arti dan faidahnya bagi mereka dengan demikian mereka tidak perlu susah
–susah mempelajari apa arti dari ayat itu, karena arti maksud dari ayayt itu
sudah cukup jelas dan gambling
b. Memudahkan manusia mengetahgui arti dan maksudnya, juga memudahkan mereka dalam
menghayati makana maksudnya agar mudah melaksanakan ajaran-ajaranya.
c. Mendorong umat untuk giat memahami ,menghayati dan mengamalkan isi
kandungan al-qr’an karena lafadz ayat-ayatnya sudh di ketahui n, gampang di
fahami dan jelas pula untuk di amalkan
d. Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat, dalam mempelajari isi
ajaranya, karena lafadz ayat-ayat dengan sendirinya sudah dapat
menjelaskan arti maksudnya, tidak harus menunggu penafsiran atau penjelasan
dari lafadz ayat surat yang lain.
e. Memperlancar usaha penafsira atau penjelasan maksud kandungan ayat-ayat
al-qur’an.
Para mufasir tidak usah susah-susah
lebih dahulu mencari takwilan makna kata-katanya karena semua arti kata-katanya
jelas terang, danm gambling, sehingga usaha-usaha penafsiran lebih cepat
tercapai maksudnya.
2. Hikmah Ayat Mutasyabihat
a. Adanya ayat-ayat
mutasyabihat dalam al-qur’an membawa hikmah dan faidan yang banyak juga bahakan
lebih banyak dari hikmah muhkamat. Rohmat Allah SWT , sebab sifat dan Allah SWT
itu di tam,pakkan kepada manusia yang lemah karena itu Allah SWT ,menyamarkan
sifat dan dzatnya, dalam ayat-ayat mutasyabihat itu adalah jelas merupakan
rohmat Allah SWT yang besar bagi manusia.
b. Kalau tidak ada ayat
dan mutasyabih tentu umat islam hanya ada dalam satu madzhab tetapi
dengan adanya ayat mutasyabih maka masing-masing menganut mdzhab akan mendapat
dalil yang menguatkan pendapatnya dengan usaha terus menerus mengali seperti
itu akhirnya ayat-ayat muhkamat menjadi penafsir ayat-ayat mutasyabihat.[4]
c. Menambah pahala usaha
umat manusia dengan bertambah sukarnya memahami ayat-ayat mutasyabihat sebab
semakin sukar pekerjaan orang maka akan semakin besar pahalanya.
d. Mendorong mempelajari
disiplin ilmu pengetahuan yang bermacam-macam, sebab, adanya ayat-ayat
mutasanihat dalam al-qur’an mendorong orang-orang yang akan mempelajarinya
harus terlebih dahulu mempelajari berbagai disiplin ilmu yang terkait dengan
berbagai isi ajaran al-quran yang bermacam-macam, seperti ilmu bahasa, kimia
fisika,biologi dan sebagainya.
D. ANALISA ULAMA TENTANG MUHKAMAH DAN MUTASYABIHAH
Pendapat ulama’ tentang kemuhkaman dan kemutasyabihatan al-qur’an
1. Al-qur’an semuanya muhkam sebab susunan lapadz al-quran dan
keindahan nadzomnya sungguh sangat sempurna, tak sedikitput terdapat kelemahan
padanya, baik dalam segi lafadznya atau maknanya, seperti yang di sebutkan
dalam al-Qur’an.[5]
1. !9# 4 ë=»tGÏ. ôMyJÅ3ômé& ¼çmçG»t#uä §NèO ôMn=Å_Áèù `ÏB ÷bà$©! AOÅ3ym AÎ7yz ÇÊÈ
Artinya: Alif laam
raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatNya disusun dengan rapi serta
dijelaskan secara terperinci[707], yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha
Bijaksana lagi Maha tahu,
[707] Maksudnya: diperinci atas
beberapa macam, ada yang mengenai ketauhidan, hukum, kisah, akhlak, ilmu pengetahuan,
janji dan peringatan dan lain-lain.
2. Al-qur’an adalah semuanya jika kita kehendaki dengan kemutasyabihnya ialah
kemutamasilan (serupa atau sebanding) ayat-ayatnya, baik dalam bidang balaghah
maupun dalam bidan i’jaz dan kesulitan kita menampakkan kesulitan kelebihan
sebagian sukunya atau yang lain, seperti di sebutkan dalam al-qur’an.
ª!$# tA¨tR z`|¡ômr& Ï]Ïptø:$# $Y6»tGÏ. $YgÎ6»t±tFB uÎT$sW¨B Ïèt±ø)s? çm÷ZÏB ßqè=ã_ tûïÏ%©!$# cöqt±øs öNåk®5u§NèO ßû,Î#s? öNèdßqè=ã_ öNßgç/qè=è%ur 4n<Î) Ìø.Ï «!$# 4 y7Ï9ºs yèd «!$# Ïöku ¾ÏmÎ/ `tB âä!$t±o 4 `tBur È@Î=ôÒãª!$# $yJsù ¼çms9 ô`ÏB >$yd ÇËÌÈ
Artinya: Allah telah menurunkan
Perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya)
lagi berulang-ulang [1312], gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut
kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu
mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa
yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada
baginya seorang pemimpinpun.
[1312] Maksud berulang-ulang di
sini ialah hukum-hukum, pelajaran dan kisah-kisah itu diulang-ulang menyebutnya
dalam Al Quran supaya lebih kuat pengaruhnya dan lebih meresap. sebahagian ahli
tafsir mengatakan bahwa Maksudnya itu ialah bahwa ayat-ayat Al Quran itu
diulang-ulang membacanya seperti tersebut dalam mukaddimah surat Al Faatihah
3. Bahwa al-qur’an itu isinya ada 2 yaitu muhkam dan mutasyabih seperti
yang tercantum dalam al-qur’an surat al-imron ayat-7.[6]
uqèd üÏ%©!$# tAtRr& y7øn=tã |=»tGÅ3ø9$# çm÷ZÏB ×M»t#uä ìM»yJs3øtC £`èd Pé& É=»tGÅ3ø9$# ãyzé&ur×M»ygÎ7»t±tFãB ( $¨Br'sù tûïÏ%©!$# Îû óOÎgÎ/qè=è% Ô÷÷y tbqãèÎ6®Kusù $tB tmt7»t±s? çm÷ZÏB uä!$tóÏGö/$#ÏpuZ÷GÏÿø9$# uä!$tóÏGö/$#ur ¾Ï&Î#Írù's? 3 $tBur ãNn=÷èt ÿ¼ã&s#Írù's? wÎ) ª!$# 3 tbqãź§9$#ur ÎûÉOù=Ïèø9$# tbqä9qà)t $¨ZtB#uä ¾ÏmÎ/ @@ä. ô`ÏiB ÏZÏã $uZÎn/u 3 $tBur ã©.¤t HwÎ) (#qä9'ré& É=»t6ø9F{$#ÇÐÈ
Artinya: Dia-lah yang
menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat
yang muhkamaat[183], Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat)
mutasyaabihaat[184]. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada
kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat
daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, Padahal
tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang
mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang
mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.
[183] Ayat yang muhkamaat ialah
ayat-ayat yang terang dan tegas maksudnya, dapat dipahami dengan mudah.
[184] Termasuk dalam pengertian
ayat-ayat mutasyaabihaat: ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian dan
tidak dapat ditentukan arti mana yang dimaksud kecuali sesudah diselidiki
secara mendalam; atau ayat-ayat yang pengertiannya hanya Allah yang mengetahui
seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan yang ghaib-ghaib misalnya ayat-ayat
yang mengenai hari kiamat, surga, neraka dan lain-lain.[7]
Sikap para ulama’
teradap ayat-ayat yang mutasyabih
1. Kebanyakan para ulama’ berpendapat bahwa hanya Allah sendirilah yang
mengetahui takwil dari ayat-ayat mutasyabihat mereka berdasarkan firman Allah
surat al-imron ayat 7
2. Sebagian ulama’ berpendapat bahwa ayat-ayat mutasyabih bisa di ketahui
artinya dan harus mengetahuinya sebab al-qur’an adalah hudan linnas,
menurut Abu Ishab Az-Zirasi bahwa” tidak ada satu ayat
Al-qur’an punya ng tidak ada artinya.
Abu Hasan Al-Asyari berpendapat bahwa yang di maksuk
ayat” warrosikhuna fil ilmi” dalam surat Al-imron disini adalah orang yang
rasih itu bisa mengetahui ta’wil ayat-ayat mutasyabihat.
Ar-rogib al-asfahani mengambil jalan tengah dalam
mengahadapi masalah ini. Beliau membagi metasyabih dari segi
kemungkin mengetahui maknanya kepada tiga bagian:
a. Bagian yang tak ada jalan mengetahui, seperti waktu terjadi kiamat,
keluarnya binatang dari bumi dan lain sebagainya.
b. Bagian manusia menemukan sebab-sebab mengetahuinya, seperti lafadz-lafadz
yang ganjil sulit di fahami kemudian bisa di temukan artinya.
c. Bagian yang terletak antara dua urusan itu yang hanya di ketahui oleh
sebagian ulama’ yang tinggi ilmunya saja. Inilah yang di
isyaratkan oleh nabi dengan sabdanya kepada ibnu abbas” Allahumma
faqqihhum fiddini waallamahutta’wila
Artinya: wahai tuhanku jadikanlah dia
seorang yang fikih dalam agama dan ajarkanlah ta’wil kepadanya.
Sebagaimana dalam masalah
fawatikhus-suwari, kita ketemukan berbagai takwil yang di berikan para ulama’,
semua pendapat para ulama’ berkisar sekitar hikmah wujudnya (fawatikhus-suwar),
bukan sekitar hakikat-hakikatnya, maka dalam ketidak mampuanya manusia tidak
menemukan hakikat-hakikat itu, menunjukkah akan kelemahan manusia. Dan kalau
kita berbicara masalah dzat dan sifat Allah jelas tidak ada jalan lain untuk
mengetahuinya dan masalah ini oleh jumhur ulama’ dan ahli sunnah dan bahkan
ahli ro’yu hanya sekedar mengimani adanya saja dan urusanya di serahkan kepada
Allah SWT.
Para ulama’ dalam
menanggapi sifat-sifat yang mutasyabihat dan menyerahkan hakikatnya kepada
Allah sendiri. Pada m,asa hidupnya imam malikada seorang laki-laki bertanya
kepada beliau tentang makna istawa’ beliau menjawab,
Al-istiwau ma’lumun wal kaifu majhuulun watasaulu anhu bidatun waadunnuka
rojula suuin ukhrujuuhu anni:
Artinya: Istiwa’ itu maklum sedangkan kaif itu majhul dan menanyakan hal
itu termasuk bidah , aku menyangka bahwa engkau adalah termasuk orang buruk
keluarkanlah dia dari majlisku.
Madzhab kholaf, yaitu:
mepertanggungkan (mentakwilkan) lafadz yang mustahil dzahirnya kepada makna
yang layak demngan zat Allah jadi jelaslah ulama’ salaf mensucikan Allah dari
kenyataan kenyataan yang mustahil dan mengimani apa yang di terangkan al-qr’an
serta menyrahkan urusan hakikatnya kepada Allah sendiri.
Ulama’ kholaf berusaha
mencari arti ayat yang mengandung sifat-sifat Allah dengan arti yang ada
qorinah nya.
E. CONTOH AYAT MUHKAMAT DAN MUTASYABIHAT
a. Contoh ayat muhkamat
Contoh ayat yang muhkamat ialah seperti ayat-ayat tentang perintah Allah
Dialah yang menurunkan kepadamu (wahai Muhammad) Kitab kebaikan ibu, sedangkan
engkau balas dengan akhlak sebuah perkongsian. Surat an-Nisa ', Ayat
34.
Menurut para ulama, ayat muhkamat itu pada umumnya adalah
ayat-ayat yang sudah dinasakh, seperti halal, haram, hudud,
kewajiban, janji dan ancaman. Hal ini cukup sejalan dengan pendapat Ali ibnu
Abi Thalhah, yang menyatakan bahwa ciri-ciri dari ayat muhkamat adalah
ayat-ayat yang membatalkan ayat-ayat lain, ayat yang menghalalkan, ayat-ayat
yang mengharamkan, ayat yang berisi ketentuan, ayat yang mengandung kewajiban,
ayat-ayat yang harus di-imani dan diamalkan.
Menurut Ibnu Abbas di
dalam Tafsir Al-Manar, ayat muhkamat itu terkait dengan
sepuluh perintah Allah yang dijelaskan dalam surah Al-An’am. Sedangkan selain
sepuluh perintah Allah itu, maka ayat-ayat lainnya tergolong ayat mutasyabihat.
Adapun di antara sepuluh perintah Allah di maksud, misalnya Dia memerintahkan
untuk memakan hewan yang disembelih atas nama-Nya (Al-An’am ayat 118), larangan
untuk memakan harta anak yatim (Al-An’am ayat 152) dan lain sebagainya.
b. Contoh ayat mutasyabih
Adapun ayat-ayat yang oleh para ahli di
pandang secara mutasyabihat antara lain tentnag semayamnya Allah SWT(20:5),
wajah Allah SWT (28:88), (55:27), tentang mata Allah SWT (28:29), tangan Allah
SWT(48:10), tangan kanan Allah SWT(39;67). Dll
Terhadap ayat-ayat tersebut di atas
ulama’ salaf menyucikan Allah SWT dari kenyataan kenyatan yang mustahil ini dan
mengimani yang di terangkan Al-qur’an serta menyerahkan hakikatnya kepada Allah
sendiri. Sedangakan ulama’ kholaf member ma’na istiwa’ (20:05), dengan
ketinggian maknawi yaiotu mengendalikan ala mini tampa merasa payah, mereka
menggantikan wajah Allah(28:88), (55:27), dengan dzat Allah. Mereka mengartikan
mata Allah(20:29), dengan pengawasan Allah, dan mereka mengartikan tangan
Allah(48:10), dan (39:67), dengan kekuasaan Allah SWT.[8]
Dalam konteks fawatih as-suwar tersebut, Imam Nawawi berusaha
menafsirkan huruf pembuka surah dengan mengaitkannya kepada nama Allah.
Misalnya, Alif Lam Mim ditafsirkan dengan Ana Allah a’lam (Akulah Tuhan yang
Maha Tahu). Alif Lam Raâ ditafsirkan dengan Ana Allah Ara (Akulah Tuhan yang Maha Melihat). Alif Lam Raâ dan Ha Mim merupakan ejaan ar-rahman yang dipisahkan. Dalam mengomentari
huruf Kaf Ya Ha âAin Shad, ia berkata: Kafsebagai lambang Karim (Pemurah), HaHadin (Pemberi Petunjuk), Yaâ berarti Hakim (Bijaksana), âAin berarti âAlim(Maha Mengetahui), dan Shad berarti Shadiq (Yang Mahabenar).[10] berarti
Menurut Sayyid
al-Quthub, huruf-huruf itu mengingatkan pada sebuah kenyataan bahwa al-Qur’an
disusun dari huruf-huruf yang lazim dikenal bangsa Arab, yaitu tujuan al-Qur’an
pertama kali diturunkan. Dalam pandanganya, misteri dan kekuatan huruf-huruf
itu terletak pada kenyataan bahwa meskipun huruf-huruf itu terletak begitu
lazim dan sangat dikenal, manusia tidak akan dapat menciptakan gaya dan diksi
yang sama dengannya untuk membuat kitab seperti al-Qur’an.
Pendapat lain seperti
Ibn Katsir, Ath-Thabari dan Rasyid Ridha menyatakan bahwa huruf-huruf tersebut
berfungsi sebagai tanbih atau peringatan. Dalam hal ini, Rasyid Ridha berargumentasi bahwa letak
keindahan pembicara adalah ketika menyandarkan perhatian pendengarnya agar
mereka mampu untuk menangkap serta mampu menguasai hal-hal yang dibicarakannya.
Berkaitan dengan
pendapat itu, Jalaluddin As-Suyuthi mengatakan bahwa al-Qur’an tidak
menggunakan kata-kata peringatan (tanbihat) yang biasa digunakan dalam bahasa Arab, seperti ala dan ama karena keduanya termasuk lafal-lafal
yang biasa dipakai dalam percakapan, sedangkan al-Qur’an merupakan kalam Allah
karenanya menggunakanalif sebagai kata peringatannya yang belum pernah digunakan sama sekali sehingga
lebih terkesan bagi pendengarnya.
Dalam tradisi sufi,
rahasia-rahasia huruf itu dijelaskan dengan perspektif esoterik-simbolik. Ibnu Arabi dianggap sebagai pelopor
dalam hal ini. Arabi menjelaskan bahwa alif adalah nama esensi Ilahi, yang
menunjukkan bahwa Allah SWT merupakan yang pertama dari segala eksistensi,
sedangkan lam terbentuk dari dua alif, dan keduanya dikandung
oleh mim. Lebih lanjut dia
menjelaskan bahwa setiap nama adalah referensi untuk hakikat (esensi), yaitu yang mengandung satu atau beberapa sifat yang lain (atribut). Oleh karena itu, mim merupakan referensi terhadap tindakan Nabi Muhammad. Selain itu, Ibnu Arabi
juga menjelaskan bahwa alif adalah simbol sifat dan tindakan-tindakan Nabi Muhammad, maka lam yang mengantarkan alif dan mim merupakan simbol nama malaikat Jibril.[9]
F. MACAM-MACAM AYAT MUTASYABIHAT
Menurut al-Asfahani,
ayat-ayat mutasyabihat dapat dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu: Pertama, ayat atau lafadz yang sama sekali tidak dapat
diketahui artinya secara hakiki, seperti saat tibanya hari kiamat,
kalimat daabbatul-ardhi (sejenis binatang yang akan muncul
menjelang kehancuran alam semesta). Hal ini seperti terdapat dalam surah
An-Naml ayat 82:
Artinya: Dan apabila perkataan telah
jatuh atas mereka, kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan
mengatakan kepada mereka, bahwa Sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada
ayat-ayat Kami.
Kedua, ayat mutasyabihat yang dengan berbagai sarana manusia
dapat mengetahui maknanya, seperti lafadz yang aneh dan hukum yang tertutup. Ketiga,
ayat-ayat mutasyabihat yang khusus hanya dapat diketahui
maknanya oleh orang yang mendalam ilmunya dan tidak dapat diketahui oleh
orang-orang selain mereka, yaitu sebagaimana yang diisyaratkan oleh doa
Rasulullah bagi Ibnu Abbas: Ya Allah, karuniakanlah ia ilmu yang
mendalam mengenai agama dan limpahkanlah pengetahuan tentang ta’wil kepadanya..
Jalan tengah yang diambil oleh
Al-Asfahani di atas menunjukkan kearifannya dalam menyikapi perbedaan pendapat
di antara para ulama salaf dengan muta’akhirin, tanpa harus menyalahkan atau
membenarkan pendapat di antara keduanya.
Dalam teori pengalaman ini,
pembahasannya diarahkan kepada ayat yang dinasakh atau mansukh.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
a. Menurut istilah, para ulama’ berbeda-beda pemahaman dalam memberikan
pengertian tentang muhkamah dan mutasyabih.
Ulama’ golongan
ahlussunah waljama’ah mengatakan muhkama adalah lafadz yang dim ketahui lafadz
maknanya, atau makna maksudnya, baik memang karena sudah jelas artinya atau
dengan karena di takwilkan, sedangkan lafadz mutasyabih adalah lafadz yang
pengetahuan artinya hanya di monopoli Allah SWT manusia tidak ada yang bisa
mengetahuinya, contohnya terjadinya hari kiamat, keluarnya dajjal.
Ulama’ golongan
hanafiyah mengatakan, lafadz muhkam ialah lafadz yang jelas petunjuknya dan
tidak mungkin telah di nasyakh (dihapuskan hukumnya)sedang lafadz mutasyabih
adalah lafadz yang sama maksud dan tujuanya, sehingga tidak
terjangkau oileh akal fikiranmanusia, ataupun tudak tercantumdalam dalil-dalil
nash sebab blafadz mutasyabih itu termasuk hal-hal yang di ketahui AllahSWT
sajacontohnya seperti hal-hal yang gaib.
b. Secara tegas dapat dikatakan bahwa sebab adanya ayat muhkamah dan
mutasyabihan itu karena Allah menjadikanya demikian itu, Allah membedakan dan
memisahkan ayat-ayat yang muhkam dan mutasyabih, dan menjadikan ayat muhkam
sebagai bandingan ayat yang mutasyabihat, seperti firman yang artinya: dialah
yang telah menurunkan al-kitab kepada kamu, di antara isinya ada ayat-ayat yang
muhkamt dan ada ayat-ayat yang mutasyabihat (Al-imron: 7)
Dari ayat itu jelaslah
bahwa Allah menurunkan ayat-ayat yang muhkam dan mutasyabihat, tetapi belum
jelas apa sebab-sebab turunya ayat-ayat tersebut.
c. Hikmah ayat muhkamat dan Mutasyabihat
Adanya ayat-ayat muhkamat dalam kitab
al-qr’an jelas ada hikmahnya bagi umat manusia sebagai berikut:
- Menjadi rahmat bagi manusia khususnya yang kemampuan bhs arabnya lemah
dengan adannya ya ayat-ayat muhkamt yang sudah jelas arti maksudnya sangat
besar arti dan faidahnya bagi mereka dengan demikian mereka tidak perlu susah
–susah mempelajari apa arti dari ayat itu, karena arti maksud dari ayayt itu
sudah cukup jelas dan gamblang
- Adanya ayat-ayat mutasyabihat dalam al-qur’an membawa hikmah dan faidan
yang banyak juga bahakan lebih banyak dari hikmah muhkamat. Rohmat Allah SWT ,
sebab sifat dan Allah SWT itu di tam,pakkan kepada manusia yang lemah karena
itu Allah SWT ,menyamarkan sifat dan dzatnya, dalam ayat-ayat mutasyabihat itu
adalah jelas merupakan rohmat Allah SWT yang besar bagi manusia.
- Kalau tidak ada ayat dan mutasyabih tentu umat islam hanya ada
dalam satu madzhab tetapi dengan adanya ayat mutasyabih maka masing-masing
menganut mdzhab akan mendapat dalil yang menguatkan pendapatnya dengan usaha
terus menerus mengali seperti itu akhirnya ayat-ayat muhkamat menjadi penafsir
ayat-ayat mutasyabihat
d. Pendapat ulama’ tentang kemuhkaman dan kemutasyabihatan al-qur’an
Al-qur’an semuanya
mhkam sebab susunan lapadz al-quran dan keindahan nadzomnya sungauh sangat
sempurna, tak sedikitput terdapat kelemahan padanya, baik dalam segi lafadznya
atau maknanya, hal ini telah di terangkan sendiri oleh al-qur’an.
Al-qur’an adalah
semuanya jika kita kehendaki dengan kemutasyabihnya ialah kemutamasilan (serupa
atau sebanding) ayat-ayatnya, baik dalam bidang balaghah maupun dalam bidan
i’jaz dan kesulitan kita menampakkan kesulitan kelebihan sebagian sukunya atau
yang lain hal ini telah di landaskan ayat al-qur’an.
e. Contoh ayat muhkamat dan mutasyabihat
Contoh ayat yang muhkamat ialah seperti ayat-ayat tentang perintah Allah
Dialah yang menurunkan kepadamu (wahai Muhammad) Kitab kebaikan ibu, sedangkan
engkau balas dengan akhlak sebuah perkongsian. Surat an-Nisa ', Ayat
34.
Adapun ayat-ayat yang oleh para ahli di
pandang secara mutasyabihat antara lain tentnag semayamnya Allah SWT(20:5),
wajah Allah SWT (28:88), (55:27), tentang mata Allah SWT (28:29), tangan Allah
SWT(48:10), tangan kanan Allah SWT(39;67). Dll
f. Jalan tengah yang diambil oleh Al-Asfahani di atas menunjukkan kearifannya
dalam menyikapi perbedaan pendapat di antara para ulama salaf dengan
muta’akhirin, tanpa harus menyalahkan atau membenarkan pendapat di antara
keduanya.
DAFTAR PUSTAKA
· Hadi, abd,” Pengantar Study Ilmu-Ilmu Al-Qur’an”,graha pustaka
islamic multimedia:surabaya,2010
· KHlil al-Qattan,manna, “study ilmu-ilmu al-qur’an”litera
antarnusa:Jakarta, 2009
· Djalal,Abd, “ulumul-qur’an”,dunia ilmu:Surabaya, 2008
· Hamzah, muchotob, “Study Al-Qur’an Komprehensif”gema
media:Surabaya,2003
· Sariono Sby http://referensiagama.blogspot.com//” Makalah-Ayat-Muhkamat-Dan-Mutasyabihat. 01-03-201l
· Channah, Liliek,”study alqur’an”Surabaya,2010
http://latahzanallahslalu.blogspot.com/p/makalah-study-al-quran.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar