Kamis, 24 Desember 2015

Makalah Filsafat Islam~Nasiruddin Ath-Thusi



BAB I
BIOGRAFI SINGKAT
A.     Nasiruddin Ath-Thusi
Tusi nama lengkapnya adalah Khawaj Nasir al Din abu Ja’far Muhammad ibn Muhammad ibn Hasan.[1] Nasiruddin Ath-Thusi dikenal sebagai “ilmuwan serba bisa”. Selama hidupnya, ilmuwan muslim dari Persia itu mendedikasikan diri untuk mengembangkan berbagai ilmu seperti, astronomi, biologi, kimia, matematika, filsafat, kedokteran, hingga ilmu agama Islam.[2]
Ia lahir pada 18 Februari 1201 M/597 H  di kota Thus yang terletak di dekat Meshed, sebelah Timur laut Iran. Nama ayahnya Muhammad bin Hasan, yang mendidik Thusi sejak pendidikan dasar. Nashiruddin Al-Thusi menguasai dua bahasa dengan baik, bahasa arab dan bahasa persia. Dia juga menulis dengan dua bahasa tersebut. Nashiruddin Al-Thusi dapat dikatakan sebagai orang yang bisa mewakili dua budaya-budaya arab dan budaya persia dengan tingkat penguasaan yang sama.
  1. Kondisi Masyarakat, Pendidikan, Guru-guru dan Murid-murid
Nasiruddin lahir pada awal abad ke-13 M ketika dunia Islam tengah mengalami masa sulit. Nasiruddin pun tak dapat mengelak dari konflik yang melanda negerinya. Sejak kecil, Nasiruddin di gembleng ilmu agama oleh ayahnya yang berprofesi sebagai seorang ahli hukum di Sekolah Imam Kedua Belas. Nasiruddin mempelajari fiqih, ushul, hikmah dan kalam, terutama isyarat-nya Ibnu Sina, dari Mahdar fariduddin Damad, dan matematika dari Muhammad Hasib di Nishapur. Dia kemudain pergi ke Baghdad. Disana dia mempelajari ilmu pengobatan dan filsafat dari Qutbuddin, matematika dari Kamaluddin bin Yunus dan Fiqih serta Ushul dari Salim bin Badran.[3]
Pada tahun 1220 M, invasi militer Mongol telah mencapai Thus dan kota kelahiran Nasiruddin pun dihancurkan. Ketika situasi keamanan tak menentu, penguasa Ismailiyah Nasiruddin ‘Abdurrahim mengajak sang ilmuwan itu untuk bergabung. Nasiruddin pun bergabung menjadi salah seorang pejabat di Istana Ismailiyah. Nasiruddin mengisi waktunya untuk menulis beragam karya penting tentang logika, filsafat, matematika, serta astronomi. Karya pertamanya yaitu kitab Akhlaq-i Nasiri yang ditulisnya pada 1232 M.
Pasukan mongol yang dipimpin Hulagu-Khan cucu Chinggis Khan pada tahun 1251 M akhirnya menguasai Istana Alamut dan meluluhlantakkannya. Nyawa Nasiruddin selamat, karena Hulagu ternyata sangat menaruh minat terhadap ilmu pengetahuan. Dia pun diangkat Hulagu sebagai penasihatdi bidang ilmu pengetahuan. Meskipun telah menjadi penasihat pasukan Mongol, Nasiruddin tak mampu menghentikan ulah dan kebiadaban Hulagu Khan yangmembumihanguskan kota metropolis intelektual dunia, Baghdad pada tahun 1258 M.
Halugu sangat senang sekali, ketika Nasiruddin mengungkapkan rencananya untuk mebangun observatorium di Margha, Azarbaijan pada tahun 657 H/1259 M yang dilengkapi dengan alat-alat yang baik. Di sini dia menyusun tabel-tabel astronominya, yang disebut Zij Al-Ikhani yang ditulis dalam bahasa Persia dan diterjemahkan kedalam Bahasa Arab yang menjadi terkenal diseluruh Asia bahkan sampai ke China. Pada akhir abad ke-7 H/ke-13 M, observatium juga penting dalam tiga hal lainnya. Observatium Margha ini mulai beroprasi pada tahun 1262 M. Pembangunan tersebut melibatkan sarjana dari Persia dan China.
Nasiruddin juga nerhasil menulis kitab terkemuka lainnya yang berjudul At-Tadhkira fi’ilm Al-hay’a. Ditempat itu Nasiruddin tidak Cuma mengembangkan bidang astronomi saja, dia pun turut mengembangkan matematika serta filsafat. Nasiruddin meninggal dunia tahun 672 H/1274 M di Baghdad di bawah pemerintah Abaqa(pengganti Hulagu) yang masih mendapat dukungan sampai akhir hayat.


BAB II
KARYA-KARYA
A.     Nasiruddin Ath-Thusi
1.      Karyanya di bidang logika di antaranya :
a.       Asas Al-Iqtibas.
b.      At-Tajrid fi Al-Mantiq.
c.       Syarh-i Mantiq Al-Isyarat.
2.      Di bidang metafistik meliputi :
a.       Risalah dar Ithbat I Wajib.
b.      Itsat-I Jauhar Al-Mufariq
c.       Risalah dar Wujud –I Jauhar-I
d.      Mujarrad
e.       Risalah dar Itsbat-I ‘aql-I Fa’al
3.      Di bidang etika :
a.       Akhlak-I Nashiri
b.      Ausaf Al-Asyraf
4.      Di bidang Teologi/dogma :
a.       Tajrid Al’ Aqa’id
b.      Qawa’id Al-‘aqa’id
c.       Risalah-I I’tiqadat
5.      Di bidang astronomi
Al-Thusi meluncurkan kritik-kritik penting terhadap teori Ptolemaeus tentang ilmu astronomi dalam bukunya “Al-Majsithi” yang menyebabkan berubahnya pandangan para ahli astonomi dan berusaha memperbaiki pendapat Ptolemaeus tentang alam dan diberi nama teori “Izdiwaj Ath-Thusi” yang dipergunakan oleh ahli astronomi setelahnya seperti ahli astronomi Belanda, Copernicus, dalam memperbaiki pendapat tentang peredaran sebagian planet.
Al-Thusi adalah orang yang pertama kali membuat teropong dalam bentuk yang benar , dan teropong ini dikenal dengan nama “Asha Ath-Thusi.” Dalam hal itu, Nashiruddin Al-Thusi menulis tesis penting yang selanjutnya diteruskan oleh salah seorang muridnya.
Al-Thusi membuat gedung astronomi terbesar dalam peradaban Islam dan diberi nama “ LaboratoriumMaraghah.”
Karya dalam bidang Astronomi diantaranya :
a.       Al-Mutawassitah Bain Al-Handasa wal Hai’a
b.      Kitab At-Tazkira fi al’Ilmal-hai’a
c.       Tahzir Al-Majisti
6.      Di bidang Aritmatika, geometri, dan trigonometri:
a.       Al-Jabar wa Al-Muqabala
b.      Al-Ushul Al-Maudua
c.       Tahrir AL-Ushul[4]

BAB III
IDE POKOK (PEMIKIRAN FILSAFAT)
  1. Nasiruddin Ath-Thusi
a.      Tuhan
Thusi dalam karyanya Tashawwurat melakukan suatu upaya perujukan secara setengah hati antara Aristoteles dan Ibnu Miskawaih. Dia memulai dengan mengecam doktrin creatio ex nihilo. Thusi mengemukakan bahwa dunia ini kekal karena kekuasaan Tuhan yang menyempurnakannya, meskipun dalam hak dan kekuatannya sendiri, ia tercipta (muhadats).
Thusi berpandangan bahwa refleksi Tuhan sepadan dengan penciptaan dan merupakan hasil dari kesadaran diri-Nya. Akan tetapi dalam Fhusul dia meninggalkan sikap itu sepenuhnya. Dia menganggap Tuhan sebagai pencipta yang bebas dan menumbangkan teori mengenai penciptaan karena desakan. Jika Tuhan mencipta karena Dia butuh mencipta. Thusi mengemukakan berarti tindakan-Nya tentu berasal dari esensi-Nya. Dengan begitu jika satu bagian dari dunia ini menjadi tak maujud esensi Tuhan itu tentu juga menjadi tiada karena penyebab keberadaannya itu ditentukan oleh ketiadaan bagian lain dari penyebabnya. Karena semua yang ada itu bergantung kepada perlunya Tuhan, ketiadaan mereka akhirnya menjadikan ketiadaan Tuhan sendiri.[5]
b.     Agama
Dalam pemikiran agama, Nashiruddin Al-Thusi mengadopsi ajaran-ajaran Neoplatonik Ibnu Sina dan Suhrawardi, dimana keduanya menyebutkan bahwa demi alasan-alasan taktis, “orang bijak” (hukuma) bukan sebagai filsuf. Nashiruddin Al-Thusi sendiri berpendapat bahwa eksistensi Tuhan tidak bisa dibuktikan, namun sebagaimana doktrin Syiah, manusia membutuhkan pengajaran yang otoritatif, sekaligus filsafat.
Dalam pemikiran politik, Nashiruddin Al-Thusi cenderung menyintesiskan ide-ide Aristoteles  dan tradisi Iran. Ia menggabungkan filsafat dengan genre nasihat kepada raja, sehingga ia tetap memelihara hubungan antara Syiah dan filsafat. Buku etiknya disajikan sebagai sebuah karya filsafat praktis. Karya tersebut membahas persoalan individu, keluarga, serta komunitas kota, provinsi, desa, atau kerajaan.
Nashiruddin Al-Thusi bermaksud menyatukan filsafat dan fiqih berdasarkan pemikiran bahwa perbuatan baik mungkin saja didasarkan atas fitrah atau adat. Fitrah memberikan manusia prinsip-prinsip baku yang dikenal sebagai pengetahuan batin dan kebijaksanaan. Sedangkan adat merujuk kepada kebiasaan komunitas, atau diajarkan oleh seorang nabi atau imim, yaitu hukum Tuhan, dan ini merupakan pokok bahasan fiqih.[6]
c.      Filsafat Jiwa
Thusi berasumsi bahwa jiwa merupakan suatu realitas yang bisa terbukti sendiri dan karena itu tidak memerlukan lagi bukti lain. Jiwa merupakan substansi sederhana dan immaterial yang dapat merasa sendiri. Ia mengatur tubuh melalui otot-otot dan alat perasa, tetapi ia sendiri tidak dapat dirasa.  Thusi menambahkan dua argumentasinya sendiri. Penilaian atas logika, fisika, matematika, teologi dan sebagainya, semua ada didalam satu jiwa tanpa tercampur baur.
Ath-Thusi menambahkan jiwa imajinatif yang menmpati posisi tegah antara jiwa hewani dan manusiawi. Jiwa manusiawi ditandai dengan adanya akal yang menerima pengetahuan dari akal pertama. Akal itu ada dua jenis, teoritis dan praktis.
d.     Metafisika
Menurut Thusi metafisika terdiri dari dua bagian, ilmu ketuhanan, dan filsafat pertama. Pengetahuan tentang Tuhan, akal dan jiwa merupakan ilmu ketuhanan dan pengetahuan mengenai alam semesta dan hal-hal yang berhubungan dengan alam semesta merupakan filsafat pertama. Pengetahuan tentang kelompok-kelompok ketunggalan dan kemajemukan, kepastian dan kemungkinan esensi dan eksistensi, kekekalan dan ketidak kekalan juga membentuk bagian dari filsafat pertama.


BAB IV
KESIMPULAN
1.     Nasiruddin Ath-Thusi
Tusi nama lengkapnya adalah Khawaj Nasir al Din abu Ja’far Muhammad ibn Muhammad ibn Hasan.[7] Nasiruddin Ath-Thusi dikenal sebagai “ilmuwan serba bisa”.
Nasiruddin lahir pada awal abad ke-13 M ketika dunia Islam tengah mengalami masa sulit. Nasiruddin pun tak dapat mengelak dari konflik yang melanda negerinya. Ketika situasi keamanan tak menentu, penguasa Ismailiyah Nasiruddin ‘Abdurrahim mengajak sang ilmuwan itu untuk bergabung. Nasiruddin pun bergabung menjadi salah seorang pejabat di Istana Ismailiyah.
Nasiruddin juga nerhasil menulis kitab terkemuka lainnya yang berjudul At-Tadhkira fi’ilm Al-hay’a. Karya karyanya di bidang logika,metafistik,teologi.
Ide pokoknya Thusi berpandangan bahwa refleksi Tuhan sepadan dengan penciptaan dan merupakan hasil dari kesadaran diri-Nya. Akan tetapi dalam Fhusul dia meninggalkan sikap itu sepenuhnya. Dia menganggap Tuhan sebagai pencipta yang bebas dan menumbangkan teori mengenai penciptaan karena desakan. Jika Tuhan mencipta karena Dia butuh mencipta. Thusi mengemukakan berarti tindakan-Nya tentu berasal dari esensi-Nya.
Thusi berasumsi bahwa jiwa merupakan suatu realitas yang bisa terbukti sendiri dan karena itu tidak memerlukan lagi bukti lain. Jiwa merupakan substansi sederhana dan immaterial yang dapat merasa sendiri. Ia mengatur tubuh melalui otot-otot dan alat perasa, tetapi ia sendiri tidak dapat dirasa.  Thusi menambahkan dua argumentasinya sendiri. Penilaian atas logika, fisika, matematika, teologi dan sebagainya, semua ada didalam satu jiwa tanpa tercampur baur.
Menurut Thusi metafisika terdiri dari dua bagian, ilmu ketuhanan, dan filsafat pertama. Pengetahuan tentang Tuhan, akal dan jiwa merupakan ilmu ketuhanan dan pengetahuan mengenai alam semesta dan hal-hal yang berhubungan dengan alam semesta merupakan filsafat pertama.


Daftar Pustaka
Dedi Supriyadi.2009, Pengantar Filsafat Islam. Bandung : CV Pustaka Setia.
Drs. H.A. Mustofa.1997. Filsafat Islam, cet-1. Bandung : CV Pustaka Setia,
El-Saha, M. Ishom dan Saiful Hadi. 2004. Profil Ilmuwan Muslim Perintis Ilmu Pengetahuan Modern. Jakarta: CV. Fauzan Inti Kreasi
Gaudah, Muhammad Gharib. 2007. 147 Ilmuwan Terkemuka dala Sejarah Islam. Jakarta: Al-Kautsar
Murtiningsih, Wahyu. 2012. Para Filsuf dari Plato Sampai Ibnu Bajjah. Yogyakarta: IRCiSoD

sumber lain : google


[1] Drs. H.A. Mustofa.1997. Filsafat Islam, cet-1. Pustaka Setia, Bandung. Hal 311
[2] M. Ishom El-Saha dan Saiful Hadi, Profil Ilmuwan Muslim Perintis Ilmu Pengetahuan Modern, (Jakarta: CV. Vauzan Inti Kreasi, 2004), hlm. 264-265
[3] Dedi Supriyadi.2009, Pengantar Filsafat Islam, CV Pustaka Setia. Bandung. Hal 246
[4] Muhammad Gharib Gaudah, 147 Ilmuwan Terkemuka dalam Sejarah Islam, (Jakarta: Al-Kautsar, 2007), hlm. 385-387
[5] Ibid,. Hal 257
[6] Wahyu Murtiningsih, Para Filsuf dari Plato sampai Ibnu Bajjah, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2012), hlm. 315-316
[7] Drs. H.A. Mustofa.1997. Filsafat Islam, cet-1. Pustaka Setia, Bandung. Hal 311

Rabu, 23 Desember 2015

Old Memories

Jika aku mengingat-ingat memori zaman dulu, hah ...ekspresi tertawa pun slalu tersimbol dibibirku :D bagaimana tidak, semuanya serasa konyol, dan aku mulai mengerti ketika sudah sebesar ini.. :D

Flashback nih, zaman ketika aku masih remaja, dimana pada masa ini ego masih memperbudak. Ketika itu, aku serasa ingin segalanya..haha (serakah). Yah namanya juga anak-anak ya.. :D
Tapi sayang, semua itu belum memihak padaku, tapi lebih kepada kakaku satu-satunya. Ketika itu, slalu kakak yang diprioritaskan, yah mungkin karna anak laki-laki pula yah, entahlah saat itu aku masih belum paham. Dan pasti orang tua punya rencana dan tau apa yang harus mereka lakukan untuk anaknya.
Apa-apa yang kakak inginkan, dipenuhi. Apa yang kakak butuhkan diberikan, bahkan dalam pendidikan pun. :D

Pernah ada suatu cerita, dimana kakak akan membeli sepatu baru karena sepatu lamanya sudah tak layak pakai. Aku ikut serta ke toko bersama ibu dan kakak. Sesampainya di toko, ibu pilih-pilih dan aku pun mulai lirik sana-sini.. Dan mataku tertuju pada salah satu sepatu, (sampai sekarang masih ingat sepatunya seperti apa :D), ibu selesai membelikan sepatu untuk kakak, ketika aku berbiicara pada ibu karna ingin sepatu itu, ibuku tak membelikannya, waah sakit rasanya.. :( sampai dirumah aku marah, dengan wajah yang super duper jelek. :D sambil berkaca-kaca mataku. Dari dulu sampai sekarang jika aku marah, aku hanya diam tanpa kata, dengan ekspresi wajah yang mungkin menakutkan..wkwk
dalam hati aku bicara "Kalo kaka mah dibeliin, tapi aku engga" sambil meneteskan air mata.

hahahaa, konyol, konyol, konyol..kecemburuan saat itu memang sedang menggebu-gebu. :D namanya juga masih remaja..hihi.

Dan saat ini, aku sudah mulai dewasa, sudah mulai mengerti kenapa dulu ibu lebih memprioritaskan kakak. Karena kakak anak laki-laki satu-satunya yang akan menjadi tulang punggung, entah itu untuk kami keluarganya, atau untuk istrinya kelak. Karena kakak seorang laki-laki, yang terkadang cuek dengan penampilan, maka ibu yang slalu memperhatikannya, jika tak ibu ingatkan maka sejelek apapun sepatu  itu akan tetap kakak pakai, karena kakak tidak pernah meminta untuk beli yang baru, (gak kaya adeknya nih :D).

Sekarang kakak sudah mulai bekerja dan kuliah, sudah sedikit-sedikit mendapat penghasilan, dan membeli kebutuhannya memakai uangnya sendiri. Perhatian ibu sekarang lebih menunjuk padaku, meskipun ibu juga perhatian ke kakak, dan memang dari dulu juga ibu sudah perhatian, hanya saja aku yang kurang peka..hahaa
Sekarang ibu mulai tau apa yang aku butuhkan, memberikan apa yang aku perlukan, menawarkan jika ada sesuatu dan ingat padaku, sungguh terharu. Dulu aku cemburu,tapi sekarang semuanya terkabul. Suka sedih terharu jika aku ingat masa sekarang yang segalanya serba uang. Apalagi aku yang semakin jauh dari orangtua. Tapi ibu slalu saja bisa membuatku senang, bahagia, meskipun entah hatinya sedang bahagia atau tidak, aku tak pernah tau. :')

hahahaduuuh jadi baper nih jika ingat sama ibu :'(
yaa itulah sedikit cerita ku, cerita lamaku.. :D

Hikmah yang bisa dipetik dari cerita diatas:
"bahwa Allah punya rencana yang lebih indah, tanpa manusia ketahui"
selebihnya gimana pemahaman teman-teman saja.. :D
ini ceritaku, mana ceritamuuu... :D